PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN
“PERAN ORANG
KRISTEN DI MASYARAKAT”
Dosen
Pembimbing : Pdt. Daniel Ngatnu
Disusun Oleh :
Bayu Yuli Kurniawan
15 22 100 969
Semester 1
Fakultas Ekonomi
Program Studi Akuntansi Non Reguler
Universitas Widya Dharma Klaten
2015-2016
ABSTRAK
Kristen merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Kristen
walaupun menjadi agama yang minoritas, namun peran orang percaya (orang
Kristen) dalam kehidupan di masyarakat sangat diperlukan. Peran orang Kristen
di Indonesia, antara lain di bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan dalam bidang lainnya. Paper ini, akan menjelaskan peran orang
Kristen dalam membangun moral bangsa Indonesia.
Kata Kunci : Peran Orang Kristen Dalam Membangun
Moralitas Bangsa Indonesia
ABSTRACT
Christian is
one of the recognized religions in Indonesia. Although Christians become
religious minorities, but the role of believers (Christians) in the life of the
community is needed. The role of Christians in Indonesia is in the field of
education, political, economic, social, cultural and in other fields. This
paper will explain the role of Christians in building the morale of the nation
of Indonesia.
Keywords: Role of Christians In Indonesia Nation
Building Morality
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga paper ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya, khusunya kepada dosen Pendidikan Agama Kristen, Bapak Pendeta Daniel
Ngatnu.
Dan harapan saya semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi paper agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya. Saya yakin masih banyak kekurangan dalam paper ini, Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan paper ini.
|
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang
berideologi Pancasila. Indonesia mengakui 6 agama yang dinilai ajarannya tidak
menyimpang dari Pancasila. Dengan adanya agama tersebut, diharapkan warga
negara (baik yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu)
memiliki jiwa rohani yang takut akan Tuhan, bertoleransi. beradab dan bermoral.
Namun di zaman modernisasi ini,
kehidupan umat manusia begitu memprihatinkan bahkan sangat mengerikan. Tawuran
pelajar, pergaulan & sex bebas, narkoba, dll. seakan-akan sudah menjadi
pola atau gaya hidup umat manusia saat ini. Hal ini telah membuat bangsa kita
terperosok dalam keterpurukan. Bahkan akhir-akhir ini banyak orang yang mulai
kehilangan kesadaran dan mulai hidup berdasarkan naluri alamiah semata. Orang
yang lapar mulai mencari makan dengan cara apa saja, tidak peduli secara baik
atau buruk, asal perut kenyang.
Orang yang marah melapiaskan saja kemarahannya dengan cara apa saja kepada
siapa saja. Dan telah lahir aneka kebiadaban dalam masyarakat kita, yang makin
memperhebat keterpurukannya. Orang mulai melakukan apa yang benar menurut
pandangannya sendiri. Mereka mulai membenarkan permainan judi, perceraian, sex
bebas, persundalan, perzinahan, dll. Semua hal-hal yang selama ini dianggap
tidak bermoral mulai dijadikan moralitas. Hal ini memberi bukti dan indikasi
kepada kita bahwa telah terjadi kemerosotan rohani dan moral pada sebagian umat
manusia di bangsa ini.
Sebagai orang percaya, sudah seharusnya kita bisa menjahui hal-hal tersebut
karena semua hal-hal tersebut dilarang dan sudah tercantum di Alkitab. Di dalam
Alkitab disebutkan sebagai “keinginan daging” (Galatia 5:19-21). Oleh sebab
itu, paper ini akan membahas mengenai peran orang percaya dalam membangun
moralitas bangsa Indonesia.
Berdasarkan
dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam paper ini adalah
sebagai berikut:
a.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
merosotnya moralitas bangsa Indonesia?
b.
Apa peran kita sebagai orang
percaya (Kristen) dalam membangun moralitas bangsa Indonesia?
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari dibuatnya paper ini adalah sebagai
berikut:
a.
Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi merosotnya moralitas bangsa Indonesia.
b.
Untuk mengetahui peran kita
sebagai orang percaya (Kristen) dalam membangun moralitas bangsa Indonesia.
Landasan teori dari paper ini adalah dari sabda Tuhan Yesus Kristus yang
berada dalam Alkitab, yaitu pada Matius 5:13-16 yang demikian sabdanya "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu
menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain
dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas
gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak akan menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di
sorga."
Dalam penyusunannya, paper ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengambilan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Teknik pengambilan data yang digunakan
dalam paper ini adalah studi pustakaan. Studi
kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang
diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis
baik tercetak maupun elektronik lain.
BAB II
pEMBAHASAN
Merosotnya
moralitas bangsa Indonesia berawal dari era
kebebasan yang menurut saya sudah kebablasan. Sehingga moralitas telah
kehilangan maknanya. Orang mulai berbuat semaunya saja tanpa menghargai
keberadaan orang lain. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di bangsa kita
akhir-akhir ini, yakni aksi terorisme, pembunuhan, perampokan, perkosaan, yang
benar disalahkan demikian juga sebaliknya, semuanya menunjuk kepada kenyataan
bahwa sebagian orang sudah tidak lagi menghargai keberadaan orang lain. Tidak
ada lagi nilai yang dijunjung bersama. Masing-masing pihak berusaha untuk
menerapkan aturannya sendiri dan merasa aturannya sebagai kebenaran. Dengan
demikian masing-masing pihak bebas mengatur dirinya menurut ukuran moralitasnya
sendiri. Suka atau tidak suka, kita sedang berada di tempat dimana orang mulai
mempercayai bahwa setiap orang punya wewenang untuk menetukan apa yang baik
atau apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah bagi dirinya sendiri,
seperti yang terjadi di zaman Hakim-hakim “Setiap orang berbuat apa yang benar
menurut pandangannya sendiri” (Hakim 21:25).
Memang disatu sisi, setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri. Setiap orang wajib memilih serta memutuskan nilai dan norma yang baik
serta hidup sesuai dengan apa yang telah dipilihnya. Namun disisi lain, setiap
orang terikat pada sesama. Karena dengan membentuk identitas diri sendiri, ia
turut membetuk identitas orang-orang disekitarnya dan juga dibentuk oleh
mereka. Karena semua nilai dan norma dapat dia pelajari dari masyarakat atau
komunitas dimana ia selalu berada. Dari situ nyatalah bahwa manusia sebagai
mahkluk sosial dapat mempelajari perilaku sosial melalui interaksinya dengan
orang lain dan melalui proses interaksi tersebut manusia malakukan interpretasi
dalam rangka membentuk konsep diri.
Faktor utama lunturnya moralitas dalam
masyarakat kita (khusunya orang Kristen) adalah karena begitu banyak orang yang tidak
mengenal kasih Kristus dan mereka juga tidak mengenal pesan Alkitab yang telah
memberi kepada dunia suatu tatanan moralitas tertinggi dan yang harus diikuti.
Mereka tidak menyadari dan tidak mengetahui bahwa Alkitab adalah pemandu yang
pasti dan akurat untuk yang benar dan yang salah.
Faktor lain yang menyebabkan moralitas bangsa kita terpuruk adalah akibat
mass media. Mengapa? Masyarakat terus saja dicecoki suguhan yang mengandung
unsur imoralitas. Bahkan begitu banyak sajian gambar yang tidak ada nilai
moralitasnya ditayangkan di bioskop, video, VCD, atau TV, yang telah mematikan
hati nurani umat manusia dan telah melunturkan nilai-nilai kekristenan.
Sehingga pemikiran atau pengertian yang jorok telah tertanam di dalam
masyarakat kita.
Banyak orang berpikir dan mengira bahwa ini hanya dilakukan oleh
orang-orang non Kristen saja. Tetapi kenyataannya ini juga dilakukan oleh
orang-orang Kristen yang mengaku dirinya percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Hal ini memang pekerjaan Iblis yang senantiasa menipu dan mau menguasai pikiran
manusia agar tidak lagi memikirkan hal-hal rohani. Iblis secara aktif ikut
terlibat dalam usaha mencoba mengalihkan pikiran orang percaya agar tidak
menempuh kehidupan dengan iman kepada Kristus. Iblis melakukannya dengan jalan
memasukkan pikiran dan gagasannya kedalam pikiran manusia. Ia gigih berusaha
menanamkan pola pikir dunia yang negatif kedalam pikiran manusia. Iblis yang
adalah musuh kita bertekad bulat untuk mencengkeram fungsi pemikiran ini sampai
akhirnya betul-betul lumpuh dan tidak mampu menuruti kehendak Allah. Semuanya
ini telah membawa manusia kepada pencarian jati diri melalui hal-hal yang
salah. Anak-anak muda tidak lagi ingin tunduk kepada kekuasaan orang tua,
perintah guru, atau pihak-pihak yang biasa mengaturnya. Mereka mulai hidup
“semau gue”
Melihat realita ini, kita perlu mempertanyakan peran orang percaya. Apakah
kita terus berdiam diri saja? Apakah kita tega membiarkan umat manusia terpuruk
dalam imoralitas? Jika memang ada dan orang percaya harus berperan, peran
apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya untuk menghambat imoralitas?
Kita tidak boleh berdiam diri dan berpangku tangan saja melihat semua ini. Kita
harus mengambil bagian untuk menciptakan moralitas yang baik bagi bangsa ini.
Saya melihat bahwa, apa yang terjadi di bangsa ini, yakni mulai terpuruknya
moralitas adalah kesalahan kita orang percaya. Kita lebih banyak berdiam diri.
Kita tidak merealisasikan fungsi kita sebagai garam dan terang dunia (Matius
5:13-16). Kita juga telah
gagal mematuhi dan melakukan mandat kultural Alkitab untuk melibatkan diri
dalam setiap bidang kegiatan dalam masyarakat dimana kita berada. Kita lebih banyak
menarik diri dari berbagai kegiatan, karena mungkin kita anggap sebagai hal-hal
yang tidak bisa dilakukan, dan kita membiarkan semuanya itu kepada orang-orang
yang tidak percaya dan tidak bertanggung jawab.
Kita orang percaya telah gagal memenuhi tanggung jawab. Kita gagal mematuhi
perintah Kristus untuk menggarami, menerangi dan menjadikan semua bangsa
muridNya. Memang hal ini sangat dilematis bagi orang percaya. Karena disatu
sisi, kita dituntut untuk berbeda dengan dunia ini. Bahkan pengertian garam dan
terang juga menunjukkan bahwa kita jangan menjadi sama dengan dunia ini. Tetapi
bagaimana kita bisa mengubah perilaku dari masyarakat jika kita tidak berbaur
dengan mereka? Bagaimana kita bisa menerangi dan menggarami jika kita hanya
berdiam diri saja, tinggal di rumah dan hanya menyaksikan tontonan imoralitas
yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat kita?
Sebagai orang percaya, kita harus berusaha supaya pengaruh Yesus Kristus
dapat dirasakan di setiap aspek kegiatan dalam masyarakat kita. Sebagai garam,
orang percaya harus melindungi supaya yang baik tidak membusuk. Kita harus
membuktikan bahwa kita adalah pelindung norma dan moralitas bangsa. Kita tidak
boleh membiarkan orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Oleh karena itu, sebagai orang Kristen – pengikut Kristus - kita memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan Kristus dalam masyarakat
dimanapun kita berada. Karena tidak ada siapapun selain Yesus Kristus yang
cukup benar, berkuasa, dan kuat serta pengasih, untuk bisa menciptakan tatanan
moral yag harus dipatuhi. Moralitas tidak bisa dipisahkan dengan Yesus Kristus.
Kristus secara mutlak diperlukan dalam moralitas. Karena tidak ada teori moral
yang baik yang bisa timbul dari orang yang tidak beragama dan tidak mempercayai
Tuhan (ateisme). Dasar moralitas adalah keberadaan Kristus. Tanpa kristus,
tidak ada lagi tolok ukur yang obyektif diluar diri kita sendiri.
Kita harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi (rasa percaya diri yang
didasarkan kepada kepercayaan kita kepada Kristus), bahwa kita memiliki
kemampuan untuk mengubah perilaku dalam masyarakat. Kita dapat membantu dan
membentuk masyarakat dalam komunitas kita menjadi pribadi-pribadi yang
berkembang baik. Dan ini membutuhkan orang percaya yang sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya serta berkomitmen tinggi dan bersedia untuk selalu
mendampingi serta berbaur dengan masyarakat disekitarnya dengan harapan dan
tujuan agar mereka tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Orang percaya –
dengan pertolongan Roh Kudus – pasti sanggup membantu masyarakat untuk
menemukan arus balik yang bisa membawa mereka pada nila-nilai yang diwariskan
oleh ajaran Kristus. Kontribusi yang paling berharga yang dapat diberikan orang
percaya kepada masyarakat adalah dengan menanamkan iman yang sejati pada Allah
dalam diri mereka.
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita, bahwa kita harus hidup dalam dunia
ini, tetapi tidak ambil bagian dalam kejahatan-kejahatan dunia ini. Kita harus
menjadi berbeda dengan dunia ini (Roma 12:2). Kita harus terpisah dari dunia
kejahatan. Jika kita sedang diperhadapkan dengan hal-hal duniawi, tanyakanlah
pada diri kita: “Apakah ini melanggar prinsip Alkitab? Apakah ini akan merusak
kehidupan iman Kristen ku? Dapatkan aku memperoleh berkat Tuhan dibalik semua ini?
Apakah ini akan menjadi batu sandungan bagi orang lain?
Keduniawian tidak akan pernah menimpa kita secara mendadak. Tetapi cara
kerjanya akan seperti tetesan air yang secara perlahan-lahan tetapi pasti
melubangi batu yang ditetesinya. Dunia dengan segala kekuatan, rayuan dan
pengaruhnya akan terus menekan kita setiap hari. Kebanyakan kita akan takluk
jika Roh Kudus tidak hidup di dalam kita, menopang dan memelihara kita.
Jadilah benteng untuk moralitas bangsa. Dengan demikian kita bisa
merealisasikan fungsi kita sebagai garam dan terang dunia. Dan kita bisa
membuat bangsa ini sebagai bangsa yang bermoral.
Bab iii
penutup
Di zaman sekarang ini,
bangsa Indonesia mengalami kemerosotan moral yang sangat memprihatinkan. Semua
orang baik itu beragama Islam, Budha, Hindu, Konghucu, Katolik, dan bahkan
Kristen. Faktor penyebabnya adalah antara lain pengaruh media massa, dan era
kebebasan yang ada di Indonesia yang sudah keblabasan serta karena
begitu banyak orang yang tidak mengenal kasih Kristus dan mereka juga tidak
mengenal pesan Alkitab yang telah memberi kepada dunia suatu tatanan moralitas
tertinggi dan yang harus diikuti. Sebagai murid Yesus,
sudah sepatutnya kita tidak terpengaruh dengan hal-hal tersebut. Oleh sebab
itu, kita dituntut agar bisa memberi contoh kepada masyarakat lain, baik yang
Kristen maupun non Kristen, supaya mereka tidak mengalami kemerosotan moral. Peran
orang Kristen dalam membangun moralitas bangsa Indonesia, kita harus berusaha
supaya pengaruh Yesus Kristus dapat dirasakan di setiap aspek kegiatan dalam
masyarakat kita, kita juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
memperkenalkan Kristus dalam masyarakat dimanapun kita berada, dan kita harus
memiliki rasa percaya diri yang tinggi (rasa percaya diri yang didasarkan
kepada kepercayaan kita kepada Kristus), bahwa kita memiliki kemampuan untuk
mengubah perilaku dalam masyarakat.
Pemerintah sebagai pusat
dari berjalannya negara ini, seharusnya bisa selektif dalam menyiarkan berita
apapun melalui media massa agar unsur-unsur seperti pornografi tidak merajalela
di negata ini. Sekolah juga perlu meningkatkan kualitas pendidikannya dengan
adanya pendidikan karakter di dalam pelajaran sekolah. Peran guru dalam hal ini
sangat diperlukan oleh generasi penerus bangsa, oleh sebab itu guru menjadi
contoh para siswa saat di sekolah, sehingga guru seharusnya mencontohkan yang
baik sesuai apa yang ia ajarkan dalam pendidikan karakter. Yang teruatama dari
semuanya itu ialah peran keluarga (orang tua) dalam mendidik anak-anaknya
supaya kelak menjadi anak yang bermoral, berjiwa kemanusiaan, dan rohanian.
Orang tua sebaiknya melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya, baik itu
tontonan maupun pergaulan si anak supaya mereka memiliki moral yang baik. Orang
tua seharusnya juga sering-sering mengajari anaknya tentang agama, seperti
diajak beribadah di tempat beribadah ataupun membaca kitab suci agar moral anak
tidak terpengaruh hal-hal negatif dari media massa ataupun pergaulan dengan
teman sebayanya. Orang tua juga seharusnya mencontohkan apa yang mereka ajarkan
kepada anaknya, supaya anaknya juga ikut melakukan apa yang telah mereka
pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar